Monday, March 04, 2013

Kurus Tak Lagi Cantik




Para model yang indeks tubuhnya kurang dari 18 dilarang melenggang di catwalk. Muncul pro-kontra.

Di tempat kelahirannya, di Madrid, Spanyol. Pakem ini justru digugat. Thin is beautiful atau kurus itu indah. Sebuah ‘ideologi’ yang tercetus dari pusat mode dunia ini. ‘ideologi’ yang kemudian merasuki benak wanita seantero jagat, melahirkan industri diet beromzet miliaran dolar dan membuat Luisel Ramos berkalang tanah.

Agustus 2006 lalu pada peragan busana di Uruguay, Ramos, model cantik kelahiran Amerika Serikat (AS), melenggang di atas catwalk. Diguyur kilatan lampu fotografer, ramos tersenyum manis, ramos menatap genit, Ramos lenggak-lenggok, kemudian.... kolaps. Tak sadarkan diri, Ramos dibawa ke RS. Tapi, jiwanya tak tertolong, ia mati muda di usia 22 tahun. Menurut rekan-rekan modelnya, Ramos memang hanya mengkonsomsi sayur dan soft drink selama tiga bulan.

Dunia fashion geger. Pemerintah kota Madrid turun tangan. Untuk kali pertama, sejak kejadian tersebut  panggung catwalk diharamkan bagi model yang memiliki body mass index (BMI) di bawah angka 18.
BMI atau indeks massa tubuh adalah perbandingan antara berat dan tinggi badan. BMI menjadi menjadi ideal atau tidak idealnya berat badan seseorang. BMI sekaligus menjadi indikator sehat atau tidak sehatnya seseorang, yakni apakah seseorang kekurangan nutrisi atau tidak.

Soal BMI, pusat fashion show Madrid mengacu pada pakar di WHO. Diputuskan hanya model yang memiliki indeks massa tubuh 18,5 sampai 25 yang boleh berjalan di atas panggung. Era model super ramping di Madrid pun di ambang titik balik.

Efek spiral kematian Ramos juga menjagkau Milan, Italia. Pusat peragaan busana kota ini  mencetuskan aturan tak kalah ketat. Model yang ingin bergaya di catwalk tak hanya harus ber-BMI di atas 18.5 tapi juga wajib mengantongi surat keterangan sehat. Namun tak semua sentra fashion mengekor Madrid dan Milan. Awal November 2006, korban kedua pun jatuh. Seorang foto model asal San Paulo, Brasil. Ana Carolina Reston (21 tahun), juga tewas akibat anorexia.

Psikolog asal San Paulo, Dr. Marco Antonio De Tommaso. Menyebut aturan superkurus yang berlaku di industri fashion Barat sebagai ‘kediktatoran’. Stave Bloomfield, dari Eating Disorders Association, inggris. Menyatakn para model berada di bawah  tekanan untuk menjaga tubuhnya amat kurus supaya tak kehilangan order.

Fashion adalah persoalan keindahan. Bagi Didier Grumbach, melarang model superkurus tampil di catwalk sama dengan mencederai esensi fashion itu sendiri. Grumbach, presiden Federasi Busana Prancis, dengan nada sinis menyatakan, “siapa pun akan tertawa jika aturan Madrid diadopsi di Paris.”
Pergeseran seperti di Madrid atau Milan sejak awal diduga bakal alot. Penyelengaraan London Fashion Week, misalnya, menyatakan meraka bersedia berdiskusi soal larangan model superkurus.
Sumber : republika, 10 Februari 2007

Panjang Jari tangan Tentukan Kecerdasan?



Menentukan seorang cerdas atau tidak tampa menguji kemampuan otaknya, memang tidak mudah. Apalagi jika mengandalkan tampilan fisik, seringnya kita mendapatkan fakta yang bersebrangan. Seorang dengan tampilan fisik yang menarik justru tak berkolerasi positif dengan kemampuan otaknya yang cerdas. Demikan pula sebaliknya. Meski demikian, berdasarkan hasil penelitian ada bagian tubuh manusia yang bisa digunakan untuk mengungkapkan kecerdasan seseorang.

Mark Brosnan salah seorang peneliti dari Universitas Bath, mengungkapkan bahwa kecerdasan seseorang dapat dari perbandingan panjang jari manis dan jari telunjuknya. Seorang anak yang memiliki jari manis lebih panjang daripada jari telunjuk cendrung memiliki kemampuan matamatika yang lebih tinggi daripada kemampuan verbal dan bahasa. Jika perbandingan sebaliknya, anak umumnya memiliki kemampuan menulis dan membaca yang lebih dibanding matamatika. Panjang jari-jari tangan merefleksikan perkembangan bagian-bagian di otak.

Para ilmuan telah lama mengetahui bahwa pertumbuhan jari-jari tangan manusia berbeda-beda tergantung kadar horman testosteron dan estrogen di dalam rahim saat bayi dikandungan ibunya. Kadar testosteron yang tinggi diyakini mendukung perkembangan bagian otak yang berhubungan dengan matamatika dan pandangan ruang. Hormon itu pula yang menyebabkan jari manis tumbuh lebih panjang. Estrogen juga mendorong efek yang sama pada bagian otak, namun yang berhubungan dengan kemampuan verbal. Hormon ini juga mendukung pertumbuhan jari telunjuk, sehingga lebih panjang dari pada jari manis.

Untuk menguji kemampuan kecerdasan dengan rasio panjang jari tangan, Brosnan dan koleganya membandingkan hasil tes scholastik (SAT), semacam psikotes, kepada calon siswa yang mendaftar sekolah dengan panjang cap jari setiap siswa yang telah diminta sebelumnya. Mereka mengukur panjang jari-jari secara teliti mengunakan jangka sorong yang memiliki tingkat ketelitian 0,01 milimeter. Kemudian, rasiopanjang jari dipakai untuk memperkirakan perbandingan kadar testosteron dan estrogen.

Hasil tes siswa laki-laki dan perempuan dipisahkan. Mereka menemukan hubungan yang jelas antara tingginya paparan testosteron terlihat dari panjang jari manis lebih panjang dari pada jari telunjuk dengan nilai uji matamatika yang tinggi. Juga tingginya paparan estrogen dengan kemampuan bahasa dan verbal pada sebagian besar anak perempuan. “rasio panjang jari memberitahu kita gambaran mengenai kemampuan pribadi yang berhunungan dengan kongnitif (daya pikir),” ujar Brosnan yang melaporkan temuannya dalam British Journal of Psychology.
Sumber : Harian Pikiran Rakyat, 31 mei 2007